Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Dr.H.Moh.Hidayat Lamakarate,M.Si menutup secara resmi kegiatan Training Of Trainers (TOT) Gender, Disabilitas dan Inklusi yang dilaksanakan Jejaring Mitra Kemanusiaan (JMK) Oxfam kerjasama Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Sulteng, Jumat (21/2/2020).
TOT ini sudah berlangsung dari Senin 17 Februari 2020 dan berakhir hari Jumat (21/2/2020) di Amazing Hotel. Para peserta TOT ini, merupakan perwakilan dari 33 desa dampingan JMK Oxfam yang direkrut menjadi Comunity Organizer (CO) yang bertugas menjadi fasilitator JMK Oxfam di desanya masing – masing.
Kesempatan tersebut, Sekprov menyampaikan JMK Oxfam merupakan salah satu NGO yang terlibat aktif dalam respon bencana di Palu, Sigi dan Donggala (Pasigala) sesaat setelah bencana pada 28 September 2018 hingga tahun 2020 ini.
“Yang saya tau, JMK Oxfam adalah salah satu NGO yang sudah banyak membantu korban bencana di Pasigala sejak awal bencana hingga sekarang,” ujarnya.
Dikatakan, Pemprov Sulteng sendiri juga memiliki program namanya pelibatan laki – laki dalam melindungi perempuan dari kekerasan, termasuk melindungi anak – anak dan kelompok rentan.
“Kita sebagai laki – laki harus punya komitmen bahwa yang bisa menjaga perempuan dan anak – anak adalah kita laki – laki. Kita menyadari selama dipengungsian, banyak perempuan yang mengalami kekerasan, cuma tidak ada yang berani mengaku karena mereka takut, karena mungkin pelakunya ternyata orang disekitar mereka, sehingga takut melaporkannya,” jelas Ketua Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Sulteng Hidayat Lamakarate.
Jika banyak dan ada datanya, pemerintah akan menanganinya. Pemda juga sudah menyiapkan rumah ramah terhadap perempuan, bagi mereka – mereka yang mengalami korban kekerasan akan dilakukan konseling. Pemprov Sulteng juga sudah mengeluarkan kebijakan, agar semua perempuan korban kekerasan harus dilayani di rumah sakit dan pemda yang akan membiayainya.
Dengan adanya kegiatan TOT ini, Ia pun berharap, semua CO yang sudah dilatih bisa menjadi fasilitator di masing – masing desanya, sehingga bisa menangani masalah yang muncul di desa terutama kekerasan terhadap perempuan, anak dan disabilitas.
Apalagi kata Hidayat, pada respon kali ini juga JMK Oxfam juga ada program livelihood (Mata Pencaharian) dan Wash (Sektor Air Bersih dan Sanitasi). Untuk sektor Wash kata Hidayat, memang banyak sumur – sumur dan sungai yang kering akibat bencana. Ditambah juga cuaca sangat panas, sehingga mengakibatkan sumber air banyak yang kering.
“Sektor livelihood, bagaimana mereka bisa mendapatkan modal agar mereka bisa melanjutkan usahanya. Banyak yang mengeluh, karena tidak ada modal dan alat sehingga tidak bisa melanjutkan usahanya,” ujarnya.
Ia pun berharap bagi yang mendapat bantuan modal dan peralatan, agar benar – benar dimanfaatkan dengan baik.
“Teman – teman sebagai CO, tolong dipastikan kembali mereka yang sudah dapat itu apakah dimanfaatkan betul atau tidak. Atau adakah yang benar – benar mau berusaha, tapi terkendala dimodal dan peralatan kerja. Jika ada masalah, silahkan dilaporkan juga ke Pemrov Sulteng, karena bapak adalah perpanjangan tangan dari JMK Oxfam,” ujarnya.
Penutupan TOT Gender, Disabilitas dan Inklusi juga dihadiri Recovery Program Yospina Liku La’bi, Program Manager (PM) Maman Natawijaya, Senior Officer Gedis Nining Rahayu, Senior Officer Livelihood Rina, Senior Officer Wash Umar, staf JMK Oxfam serta Tim Pusdatina Prov.Sulawesi Tengah.
Ro.Humas Protokol Setda Prov.Sulteng