SARABA : Warga Kota Palu sedang menikmati kuliner Kota Palu pisang goreng dan saraba, di salah satu lapak kuliner di Kampung Nelayan

(FOTO : MUCHSIN SIRADJUDIN)

Kampung Nelayan Bangkit Setelah Disapu Tsunami///Jdl
PALU-Kawasan Kampung Nelayan yang berada di bibir pantai Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu, atau sekitar 6 kilometer dari pusat kota merupakan salah satu kawasan wisata yang menjadi jujukan warga kota.

Aktifitas warga di lokasi destinasi wisata ini, ada yang sekadar melepaskan kepenatan untuk melepaskan lelah dengan mencoba mencicipi penganan kecil pisang goreng yang ditemani saraba, hingga kepenatan pun hilang seketika seiring seruputan sarabah yang menghangatkan badan.

Saraba dan pisang goreng menjadi kuliner wajib. Dimana-mana di sudut sudut kota Palu penjual pisang goreng selalu hadir dan selalu dicari. Tak pelak saraba dan pisang goreng seolah menjadi icon kota teluk ini, selain kelor.

Di Kampung Nelayan para pengunjung juga bisa menikmati birunya air laut. Para pengunjung di pantai ini sering datang untuk terapi. Misalnya terapi berbagai macam penyakit, diantaranya asam urat, stroke, kolesterol, darah tinggi, penyakit kulit, mengeringkan luka dan sebagainya. Atau sekadar untuk berenang, agar jantung tetap sehat.

Posisi Kampung Nelayan ini sangat strategis. Berada tepat di tengah kota, dan menjadi etalase Teluk Palu yang membujur di tengah kota.

Saban hari Minggu tempat ini ramai dikunjungi warga kota dari berbagai penjuru kota, bahkan ada yang datang dari luar kota. Untuk melihat dari dekat birunya air laut pantai Kampung Nelayan, yang sempat disapu tsunami pada 28 Oktober 2018 lampau.

Walau destinasi ini semakin ramai, sistem keamanan di lokasi ini kian diperketat. Sea coast atau tim pengaman pantai selalu waspada dengan boatnya menjaga para warga yang sedang berenang atau sekadar mandi-mandi.

Termasuk menjaga hewan predator bernama buaya, yang sering menampakkan batang hidungnya di kawasan ini.

Karena itu, aman di darat dan aman di laut menjadi jargon para penjaga pantai di Kampung Nelayan.

Warga pun seperti mendapatkan sepotong surga yang ada di bumi. Pisang goreng dan saraba dinikmati sambil memandang gunung Gawalise dari kejauhan, dan pelan-pelan mentari di ufuk barak mulai permisi untuk beristirahat karena malam akan menggantinya, hingga besok pagi muncul kembali memberi energi bagi warga kota.(mch)